Sunday, May 3, 2015

A letter of Love

Bismillaahirrahmaanirrahiim…

Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri serta saudara-saudariku yang in syaa Allah tetap mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya, karena hanya cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih bermakna dan indah.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang kerap kali terisi oleh cinta selain-Nya, yang mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukan karena-Nya, lalu di ruang hatinya yang kelam merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah dimana keikhlasan. Maka saat ini kurasakan kekecewaan dan kelelahan karena yang kulakukan tidak sepenuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil. Dia akan melihat kesungguhan dalam berproses.

Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa saudara/i-ku yang mulai lelah menapaki jalan-Nya ketika seringkali mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan, serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Surat ini kutujukan untuk ruh-ku dan ruh saudara/i-ku yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu, serta membiarkan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu dimanakah kejujuran diletakkan? Dan kini terabaikan sudah secara nurani yang bersih, saat ibadah hanya rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan semu. Coba lihat hatimu menangis, tertawa dan merana?

Surat ini kutujukan untuk diriku dan diri saudara/i-ku yang sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri. Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih dihadapan-Nya selain ketakwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan kefanaan.

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara/i-ku yang mulai mati, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, dan saat tiada rasa dosa ketika mendzalimi diri dan saudaranya.

Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun sedikit, jangan biarkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling, memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dari-Nya.

“Adakah hari-hari yang mungkin aku bisa lari dari maut, hari yang ditentukan, dan yang tidak ditentukan. Hari yang tidak ditetapkan, akupun tidak gentar dan hari yang ditentukan pun aku tidak kuasa menghindarinya. Kukatakan padanya, ia telah terbang bertabur bintang. Dari para syuhada yang gugur yang tidak kau pedulikan. Maka sesunggunya engkau walau meminta penundaan meski sehari atas ajal yang ditetapkan padamu, tentu ia takkan mau karena itu bersabarlah saat menghadapi kematian karena mengharapkan keabadian adalah sesuatu yang mustahil.”
(Disenandungkan oleh Ali bin Abi Thalib kala menghadapi musuh-musuhnya)

_dari secarik kertas yang ditemukan di sebuah kotak yang terselimuti debu, semoga bermanfaat_

No comments:

Post a Comment