Wednesday, May 27, 2015

Metamorfosa: Dari Kegelapan Menuju Cahaya

Tahukah Anda kisah tentang seekor kupu-kupu yang keluar dari kepompongnya? Dikisahkan suatu hari seorang pria melihat seekor bayi kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar dari kepompongnya. Karena merasa kasihan, maka pria itu memutuskan untuk membantu bayi kupu-kupu itu dengan menggunting lubang jalan keluar bayi kupu-kupu itu supaya ia mudah keluar. Namun apa yang kemudian terjadi? Bayi kupu-kupu itu hanya bisa merangkak dan tidak dapat terbang. Ternyata ketika bayi kupu-kupu itu berjuang untuk keluar dari kepompongnya, ia akan mengeluarkan cairan yang berfungsi menguatkan sayap-sayapnya sehingga dapat terbang sesuai fungsinya. Pria itu tidak mengetahui bahwa Allah memiliki maksud dari setiap kejadian. Bahwa apa yang menurut manusia itu baik belum tentu baik menurut Allah, dan hanya rencana Allah yang terbaik.

Maka untuk menjadi kupu-kupu yang indah dan dapat terbang, dibutuhkan usaha yang gigih dan tidak instan, sama seperti halnya manusia. Manusia terkadang menginginkan hasil dengan jalan yang mudah, tapi sesungguhnya rencana Allah saja Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Ujian demi ujian itu hakekatnya adalah sarana untuk menempa manusia untuk meningkatkan derajat ketakwaannya di hadapan Allah dan sesungguhnya merupakan bukti kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya.

Mengamati tanda-tanda kekuasaan Allah melalui penciptaan alam semesta beserta isinya, termasuk kisah kupu-kupu tersebut menjadi pembelajaran bagi manusia yang berpikir, bahwa tidak serta merta Allah menjadikan segala sesuatu dengan berbagai kejadian tanpa maksud. Sama halnya dengan kisah hidup saya. Alhamdulillah saya dilahirkan dari keluarga yang beragama Islam. Dari kecil hingga remaja, apa yang saya ketahui adalah Islam adalah agama yang benar dan membawa keselamatan di dunia dan akhirat. Orang tua saya membekali saya dengan pengetahuan agama, mulai memasukkan saya ke TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), pesantren kilat, dan pengajian rutin di rumah. Ketika kecil saya hanya menerima apa yang diberikan pada waktu itu tanpa penolakan. Masih terekam oleh memori saya betapa saya menikmati proses belajar mengaji dan mendengarkan ceramah.

Alhamdulillah ketika SD kelas 6 saya mengetahui bahwa Allah memerintahkan muslimah untuk memakai jilbab dan hukumnya wajib. Saya pun saat itu ingin mengenakan jilbab, tetapi ibu mengizinkan saya memakainya ketika duduk di bangku SMP karena pada waktu itu masih jarang muslimah yang berjilbab dan tidak ada seragam sekolah untuk siswa berjilbab seperti sekarang. Saya pun menuruti kata ibu. Ketika SMP akhirnya saya pun berjilbab dan saya pun merasa bahagia. Namun, hidup saya mengalir begitu saja. BerIslam karena dasar keturunan, pengetahuan demi pengetahuan tentang Islam yang masuk dan dicerna belum sempurna oleh anak remaja yang belum baligh saat itu.

Tetapi semua itu berubah ketika saya menginjak kelas 2 SMP. Ketika itu saya tertarik memasuki organisasi DKM Mesjid di sekolah. Akhirnya saya bertemu dengan teman-teman dan mentor-mentor yang baik dan sabar dalam membimbing saya memahami ajaran Islam. Setiap ahad merupakan hari yang saya tunggu karena saya merasakan kenikmatan berdiskusi dan memperdalam Islam.  Saya diajak untuk berpikir dan memfungsikan akal saya. Sungguh luar biasa potensi yang Allah berikan kepada manusia, salah satunya adalah fitrah yang ingin selalu memilih jalan kebenaran.

Dulu yang saya pahami berIslam itu hanyalah melaksanakan ibadah ritual saja dengan baik, seperti sholat, zakat, puasa, naik haji bagi yang mampu. Pendek kata, hanya ibadah vertikal saja. Menjalani kehidupan seperti air yang mengalir, mulai dari kecil, bersekolah di TK, SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, menikah, menjadi tua dan menunggu ajal. Kehidupan yang biasa. Tetapi setelah berdiskusi dan berpikir, saya akhirnya menyadari bahwa Allah memiliki tujuan ketika menciptakan manusia, termasuk saya, yaitu untuk beribadah kepada-Nya.

Dan ternyata ibadah itu luas sekali cakupannya. Setiap saat hidup kita adalah ibadah, bukan hanya ibadah ritual saja dimana ibadah merupakan manifestasi ketundukan dan ketaatan manusia kepada yang ditaatinya. Dan sudah seharusnya manusia hanya tunduk kepada Penciptanya yaitu Allah SWT dan melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah, sebagai wujud rasa syukur kita akan nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Sepanjang hayat kita dan apapun aktivitas kita harus dilandasi ketundukan kita kepada Sang Pencipta dan caranya harus sesuai pedoman hidup yang Allah turunkan yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah.

Contohnya ketika kita melakukan aktivitas makan, maka hal yang terlihat sepele dan biasa itu dapat menjadi ibadah yang ternilai amal sholeh di sisi Allah. Semoga dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh saya ini menjadikan tubuh saya sehat sehingga dapat melakukan aktivitas-aktivitas ibadah lainnya. Tentunya ketika makan diperhatikan tata cara ata adab makan yang benar menurut Islam, misalnya makanan harus halal dan baik, berdo’a sebelum makan, memakan makanan dengan tangan kanan, dan menyudahinya dengan do’a pula. Contoh lain, ketika saya menuntut ilmu maka yang menjadi cita-cita tertinggi saya bukanlah mendapatkan pekerjaan yang mapan dan gaji yang tinggi dengan dilandasi oleh hawa nafsu, tetapi saya menuntut ilmu semata-mata karena Allah dan semoga ilmu tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam dengan ilmu pengetahuan yang didasari akar aqidah yang kuat. Sehingga apapun aktivitas yang kita lakukan senantiasa dilandasi oleh dasar atau niat yang benar, proses yang benar, dan tujuan yang benar. Dengan demikian maka semua aktivitas kita dapat ternilai menjadi amal sholeh. Sungguh luar biasa. Tidak ada satu hal pun yang tidak terkait dengan Allah. Tidak ada yang tidak diatur dalam Islam, dari hal terkecil sampai hal terbesar, dan Islam merupakan satu-satunya Dien yang diridhoi Allah supaya manusia selamat tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Jadi Islam bukan hanya sekedar agama, tetapi Islam adalah suatu sistem hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan.
Maka hidup kita sudah seharusnya merupakan pengabdian kepada Allah, bukan hanya semata-mata sebagai hamba Allah tetapi sebagai khalifah Allah di muka bumi yang senantiasa memiliki tujuan untuk mendukung tegaknya eksistensi Allah di muka bumi. Ketika seseorang tidak memiliki tujuan hidup maka hidupnya akan tidak teratur, kacau, dan mengalir tak tentu arah.

Momen dimana saya memahami diri saya, siapa pencipta saya, dan untuk apakah saya diciptakan, merupakan momen dimana saya merasakan transformasi hidup yang luar biasa dalam hidup saya. Seakan-akan ada pelita yang menerangi pikiran saya. Semuanya menjadi jelas dan jernih. Pengetahuan-pengetahuan yang telah saya dapat sebelum saya paham mulai menemukan benang merah dan ketersambungannya. Simpul demi simpul pengetahuan itu menjalin menjadi satu. Cara pandang saya dalam memandang kehidupan menjadi berubah. Ibaratnya saya berhijrah dari cara pandang ber-Islam karena keturunan menjadi cara pandang ber-Islam karena pilihan hidup. Sehingga jelaslah apa yang dulu Rasulullah Muhammad Saw. perjuangkan sampai kemenangan Islam ketika futuh Mekah dan menguasai 2/3 dunia. Rasulullah, para sahabat dan pengikutnya yang setia senantiasa menyeru manusia ke jalan Allah, membebaskan perbudakan manusia atas manusia, dan mengembalikan manusia dari kegelapan kepada cahaya Allah. Dan saya ingin termasuk umat Rasulullah yang menyeru manusia dari kegelapan menuju cahaya Allah…

Tentu saja perjuangan menegakkan eksistensi Allah sebagai satu-satunya Raja di muka bumi ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Saya belum pernah sampai mengalami apa yang Rasulullah dan para sahabat alami sampai berhadapan dengan resiko hilangnya nyawa, tetapi  sesuai sunnatullah, perjuangan itu pasti mendaki lagi sukar, maka saya mengutip sebuah puisi karya anonim :

Rintangan yang Ramah

Untuk setiap bukit yang kudaki,
Untuk setiap batu yang melecetkan kakiku,
Untuk semua darah, keringat, dan kaki,
Untuk badai yang membutakan dan panas yang membakar,
Hatiku harus mengucapkan syukur
Ini semua adalah hal-hal yang membuatku kuat!

Untuk semua sakit hati dan air mata,
Untuk semua penderitaan dan rasa nyeri,
Untuk hari-hari yang muram dan tahun-tahun tanpa hasil,
Dan untuk pengharapan yang dihayati sia-sia,
Aku mengucapkan “Alhamdulillah”, sebab sekarang aku tahu
Ini adalah hal-hal yang membuatku tumbuh!

Bukanlah hal-hal yang lebih lunak dalam kehidupan,
Yang merangsang kemamuan untuk berjuang.
Tapi kesudahan dan penderitaan yang gersang
Berbuat paling banyak untuk menjaga kehendak kita tetap hidup
Di atas jalan setapak bertabur mawar orang yang lemah merayap,
Tetapi hati yang tabah berani mendaki tebing

Beruntunglah para pejuang Allah yang diuji dengan ujian-ujian yang luar biasa, sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 214:
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Sesungguhnya syurga itu mahal, tidak akan terbeli bahkan dengan emas sepenuh langit dan bumi, dan hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang rela mengorbankan harta dan jiwanya demi meraih keridhoan Allah memenangkan Dienullah. Dan saya senantiasa berdo’a memohon kepada Allah agar senantiasa dikuatkan dan tetap istiqomah memegang visi dan misi hidup yang benar menurut Allah.

Ketika manusia sudah memahami eksistensi dirinya dan tujuan hidupnya, maka hal tersebut merupakan garis besar yang sangat krusial dan sangat menentukan keberhasilan hidup seorang manusia. Pernahkan Anda ditanya tentang tujuan hidup Anda? Lalu, apakah jawaban Anda? Meraih kesuksesan materi, kehormatan, gelar, keluarga bahagia? Apa standar bahagia dalam hidup Anda? Apakah dengan mendapatkan itu semua Anda akan bahagia? Seorang manusia seharusnya bahagia jika dia sudah menunaikan kewajiban hidupnya di dunia untuk bekalnya di akhirat nanti. Dia akan merasa bahagia manakala Sang Penciptanya meridhoi amal perbuatan yang telah dilakukannya. Bukankah hidup seperti itu sangatlah indah? Dia tidak akan tergelincir ke suatu hal yang sia-sia. Dia akan mengangkat seluruh kemampuan dan potensi yang dimiliki hanya untuk mensukseskan tujuan hidupnya itu dengan tetap bergantung kepada Allah.

Dia akan melangkah dengan mantap untuk mendapatkan kecintaan Allah. Sungguh indah... Hari-hari dilalui dengan penuh kebahagiaan, tanpa perlu merasa resah, gundah, atau gelisah. Rasa sakit yang dunia berikan kepadanya tidak menggentarkan langkahnya sedikit pun untuk meraih kebahagiaan hakiki. Tubuhnya penuh luka dan terasa perih, namun jiwanya tersenyum bahagia. Segala penderitaan duniawi tidaklah sebanding dengan kebahagiaan yang dia rasakan. Ajal pun tidaklah menjadi sesuatu yang menakutkan baginya. Dia senantiasa siap dengan semua ketetapan Allah sebab dia rindu untuk bertemu dengan-Nya. Tidak ada lagi kebahagiaan tertinggi selain bisa bertemu dengan Allah. Jadi, apakah tujuan hidup Anda?

No comments:

Post a Comment